SMPN 2 Duapitue

CACING TANAH


Cacing tanah disebut juga sebagai binatang yang paling penting dunia karena memang cacing tanah itu bermanfaat untuk manusia. Tentu saja manfaat cacing tanah itu dipandang dari segi kehidupan manusia, sebab kegiatan cacing tanah itu mempersiapkan tanah untuk segala macam tanaman yang menunjang kehidupan manusia di bumi ini. Cacing tanah membongkar tanah dan membuat tanah menjadi gembur sambil memakannya. Cacing tanah yang ada di dalam sebuah kebun bisa menelan 18 ton tanah dalam tubuh mereka selama setahun. Cacing tanah membuat udara dan air masuk ke dalam akar-akar tanaman, dengan cara menyusup di bawah sampah-sampah tanaman dan kotoran-kotoran hewan. Bahkan ada diantara cacing tanah itu yang bisa menanam benih tumbuhan, dengan cara menyeret daun-daunan ke dalam lubang atau sarang mereka. Bersama dengan dedaunan itulah ikut terseret biji-biji pepohonan dan tanaman-tanaman yang halus yang berada di tanah itu.
kotoran dari cacing tanah hasil dari pencernaan mereka mengandung zat kapur yang subur (Kalsium Oksida) sehingga membuat tanah menjadi gembur. Bahan ini diketahui sangat penting, sejak para peneliti meneliti tanah lembah disekitar sungai Nil yang merupakan salah satu tanah lembah yang tersubur di dunia. Diperkirakan terdapat kurang lebih 120 ton kotoran cacing tanah apa setiap hektar tanah di lembah sungai Nil itu. Inilah salah satu sebab mengapa tanah di daerah ini menjadi tempat yang tersubur di dunia selam beratus-ratus tahun.
Lantas bagaimanakah cacing tanah itu makan?. Tubuh cacing tanah terbuat dari dua buah lapisan tabung, yang satu terletak di dalam tabung yang lainnya. Tabung yang berada dibagian dalam bertugas sebagai pelaksana pencerna makanan. Apabila cacing tanah itu ingin makan, maka ia memunculkan lehernya keluar, sehingga kulit yang sebelah dalam berada diluar dan kulit yang sebbelar luar masuk ke dalam. Kemudian leher tersebut didorong keluar untuk meraih tanah yang akan dimakannya. Dengan otot-otot lehernya ia mendorong tanah itu masuk ke dalam tabung. Tanah itu mula-mula masuk ke dalam suatu tempat penampungan yang disebut kantong makanan. Kemudian makanan itu diterukan melalui urat tembolok ke dalam tenggorokannya. Butir-butir pasir membantu cacing tanah untuk menggiling makanannya. Apabila makanan itu sudah dicerna, maka sisa makanan yang berupa kotoran itu didorong keluar dari tubuhnya.
Seekor cacing tanah tidak memiliki mata. Tetapi cacing tanah mempunyai semacam sel-sel indera penanggap di luar tubuhnya. Hal ini yang memungkinkan seekor cacing tanah untuk dapat membedakan cahaya terang dan gelap. Begitu pula berkat indera ini seekor cacing tanah bisa merasakan sentuhan yang paling lembut sekalipun. Cacing tanah itu bernafas melalui kulit mereka. cacing tanah hidup di dalam tanah yang gembur dan lembab. Mereka tidak bisa bertahan hidup di pasir. Mereka hanya muncul keluar ke permukaan tanah pada malam hari saja. selama musim dingin mereka menggulung dirinya menjadi suatu bola lingkaran, lalu tidur nyenyak sepanjang musim. Kalau kebetulan anda melihat seekor cacing tanah merayap di atas permukaan tanah, itu berarti mereka sedang mencari tempat tingal yang baru atau perpindah tempat ke tempat yang banyak terdapat bahan makanan.

KLASIFIKASI, JENIS, DAN SIFAT CACING TANAH

Klasifikasi Secara Umum

Dalam bahasa Inggris cacing sering disebut dengan istilah worm, vermes, dan helminth. Cacing, dalam kerajaan binatang termasuk hewan invertebrata atau tanpa tulang belakang. Cacing diklasifikasikan kedalam tiga phylum, yaitu Platyhelminthes, Aschelminthes (Nemathelminthes), dan Annelida (Listyawan, et.al. 1998).

Platyhelminthes merupakan kelompok cacing yang berbentuk pipih, ada yang parasit dan ada yang tidak. Platyhelminthes dibagi dalam tiga kelas yakni Turbelaria, Trematoda dan Cestoda. Kelompok Turbelaria umumnya hidup bebas dan tidak bersifat parasit. Contohnya adalah cacing planaria dan microstomum. Di alam, planaria merupakan hewan indikator perairan yang tidak tercemar. Kelompok Trematoda dan Cestoda umumnya bersifat parasit. Contoh dari kelompok Trematoda adalah cacing Fasciola hepatica (cacing hati), Eurytrema pancreaticum (cacing kelenjar pankreas), dan Schistosoma japonicum (cacing pembuluh darah). Sementara itu contoh dari kelompok Cestoda adalah cacing pita (Taenia saginata dan T. solium) (Listyawan, et.al. 1998).

Phylum Aschelminthes terbagi menjadi dua kelas yaitu Nematoda dan Rotifera. Cacing dari phylum ini berbentuk silindris. Nematoda umumnya bersifat parasit, contohnya adalah cacing yang hidup di usus mamalia seperti Ascharis lumbricoides, A. suum, dan Ancylostoma duodenale (Listyawan, et.al. 1998).

Phylum yang terakhir yaitu Annelida, yaitu cacing yang bersegmen seperti cincin. Phylum ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Hirudinea, dan Oligochaeta. Polycaheta merupakan kelompok cacing yang memiliki banyak seta atau sisir di tubuhnya, contohnya adalah Nereis dan Arenicola. Sedangkan contoh dari kelompok Hirudinea adalah lintah dan pacet (Hirudo medicinalis dan Haemadipsa zeylanica). Kelas terakhir dari phylum Annelida adalah Oligochaeta dimana cacing tanah termasuk di dalamnya (Listyawan, et.al. 1998).

Jenis-jenis Cacing Tanah

Cacing tanah oleh beberapa praktisi dikelompokan berdasarkan warnanya yaitu kelompok merah dan kelompok abu-abu. Kelompok warna merah antara lain adalah Lumbricus rubellus (the red woorm), L. terestris (the night crawler), Eisenia foetida (the brandling worm), Dendroboena, Perethima dan Perionix. Sedangkan kelompok abu-abu antara lain jenis Allobopora (the field worm) dan Octolasium (Listyawan, et.al. 1998). Pada dasarnya cacing tanah adalah organisme saprofit, bukan parasit dan tidak butuh inang. Ia murni organisme penghancur sampah.

Jenis cacing yang umum dikembangkan di Indonesia adalah L. rubellus. Cacing ini berasal dari Eropa, ditemukan di dataran tingi Lembang - Bandung oleh Ir. Bambang Sudiarto pada tahun 1982. Dilihat dari morfologinya, cacing tersebut panjangnya antara 80 – 140 mm. Tubuhnya bersegmen-segmen dengan jumlah antara 85 – 140. Segmentasi tersebut tidak terlihat jelas dengan mata telanjang. Yang terlihat jelas di bagian tubuhnya adalah klitelum, terletak antara segmen 26/27 – 32. Klitelum merupakan organ pembentukan telur. Warna bagian punggung (dorsal) adalah coklat merah sampai keunguan. Sedangkan warna bagian bawah (ventral) adalah krem. Pada bagian depan (anterior) terdapat mulut, tak bergigi. Pada bagian belakang (posterior) terdapat anus (Listyawan, et.al. 1998).

Sifat Cacing Tanah

Cacing tanah tidak dapat dibedakan jenis kelaminnya karena cacing bersifat hermaprodit alias dalam satu tubuh terdapat dua alat kelamin, jantan dan betina. Namun cacing tanah tidak dapat melakukan perkawinan sendirian. Untuk kawin ia membutuhkan pasangan untuk pertukaran sperma (Simandjuntak, 1982).

Cacing tanah merupakan hewan nokturnal dan fototaksis negatif. Nokturnal artinya aktivitas hidupnya lebih banyak pada malam hari sedangkan pada siang harinya istirahat. Fototaksis negatif artinya cacing tanah selalu menghindar kalau ada cahaya, bersembunyi di dalam tanah. Bernafasnya tidak dengan paru-paru tetapi dengan permukaan tubuhnya. Oleh karena itu permukaan tubuhnya selalu dijaga kelembabannya, agar pertukaran oksigen dan karbondioksida berjalan lancar.

Usia cacing tanah bisa mencapai 15 tahun, namun umur produktifnya hanya sekitar 2 tahun. Cacing dewasa yang berumur 3 bulan dapat menghasilkan kokon sebanyak 3 kokon per minggu. Di dalam kokon terdapat telur dengan jumlah antara 2 – 20 butir. Telur tersebut akan menetas menjadi juvenil (bayi cacing) setelah 2 – 5 minggu. Rata-rata hidup cacing adalah 2 ekor perkokon. Cacing akan menjadi dewasa dan siap kawin wetelah berumur 2 – 3 bulan (Maskana, 1990).

Dalam pertumbuhannya, pertambahan berat cacing sampai berumur satu bulan adalah sekitar 400 persen, 1 – 2 bulan 300 persen, dan 2 –3 bulan 100 persen. Dalam satu siklus (3 bulan) 1 kg induk cacing menghasilkan 6 kg cacing. Dalam 1 kg cacing terdapat sekitar 2000 ekor. Sedangkan berat keringnya adalah sekitar 20 persen dari berat basah (Maskana, 1990).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar